sebenarnya, waktu itu saya hendak memposting sebuah tulisan, pada 22 April 2017 dengan kalimat utama:
Yogyakarta, 22 April 2017
tapi karena sudah sangat larut malam (justru pagi) dan esok hari saya punya plan untuk mengerjakan banyak hal, yasudah, saya memutuskan untuk menundanya. Hehehehe... kalo diposting sekarang masih bisa lah ya..
Yogyakarta? ciye... pulang :)
"Kenapa pulang?"
adalah pertanyaan mendasar dari apa ang akan saya tulis di sini.
"Kenapa pulang?"
adalah pertanyaan basa-basi yang kali ini sebetulnya akan mendapat jawaban yang cukup kompleks.
S a y a m e n c a r i n y a w a .
itu jawabannya.
Aduh, tolong, mengapa begitu kurang spesifik?
Oke, saya buat lebih simpel: saya jenuh. Saya jenuh hingga merasa dijadikan robot, dikendalikan segala macam. Kurikulum, lingkungan, tuntutan, tanggung jawab...
kemudian hilang nyawa.
Karena itu saya pulang, untuk mengisi nyawa saya kembali.
Agak lebay ya, memang, hehehe.. tapi ajaib. Ketika saya pulang, menemui orang-orang sekitar saya, baik yang dekat maupun tidak dekat, saya akhirnya bisa merasa sangat amat lega.
mungkin karena tanah itu rumah saya, mungkin karena rindu, mungkin karena Yogyakarta, tidak tahu.
atau mungkin juga, karena orang-orangnya yang hadir tanpa "pemanis buatan"..
tidak tahu, tidak tahu.
mengutip dari sebuah dialog dalam teater yang saya lihat di Yogya bertajuk Opera Primadona,
(kurang lebih seperti itu ._.)
Bagi saya kini, padahal bahagia bisa didapat, jika kita temukan nyawa didalamnya.
Se simpel itu.
Yogyakarta, 22 April 2017
tapi karena sudah sangat larut malam (justru pagi) dan esok hari saya punya plan untuk mengerjakan banyak hal, yasudah, saya memutuskan untuk menundanya. Hehehehe... kalo diposting sekarang masih bisa lah ya..
Yogyakarta? ciye... pulang :)
"Kenapa pulang?"
adalah pertanyaan mendasar dari apa ang akan saya tulis di sini.
"Kenapa pulang?"
adalah pertanyaan basa-basi yang kali ini sebetulnya akan mendapat jawaban yang cukup kompleks.
S a y a m e n c a r i n y a w a .
itu jawabannya.
Aduh, tolong, mengapa begitu kurang spesifik?
Oke, saya buat lebih simpel: saya jenuh. Saya jenuh hingga merasa dijadikan robot, dikendalikan segala macam. Kurikulum, lingkungan, tuntutan, tanggung jawab...
kemudian hilang nyawa.
Karena itu saya pulang, untuk mengisi nyawa saya kembali.
Agak lebay ya, memang, hehehe.. tapi ajaib. Ketika saya pulang, menemui orang-orang sekitar saya, baik yang dekat maupun tidak dekat, saya akhirnya bisa merasa sangat amat lega.
mungkin karena tanah itu rumah saya, mungkin karena rindu, mungkin karena Yogyakarta, tidak tahu.
atau mungkin juga, karena orang-orangnya yang hadir tanpa "pemanis buatan"..
tidak tahu, tidak tahu.
mengutip dari sebuah dialog dalam teater yang saya lihat di Yogya bertajuk Opera Primadona,
"Tampaknya manusia memang seperti itu. Di dalam dunia bahagia yang dicarinya, harta, tahta, wanita. Bila tangis melulu yang ditemui, maka mereka akan mencari Tuhan. Tapi Tuhan jauh di surga, lantas mereka mencari bahagia supaya instan didapat. Bagaimanapun caranya."
Bagi saya kini, padahal bahagia bisa didapat, jika kita temukan nyawa didalamnya.
Se simpel itu.