Jumat, 03 Januari 2014

Datangi Mimpi dengan Khayalan

Tidak bisa tidur. Iya, seringkali itu melanda kita. Ganggu banget! Karena kita tetap merasa ngantuk, tapi begitu mata terpejam, kenapa tidak kunjung sampai pada alam mimpi?

Lalu bagaimana mengatasinya? Tadi malam sempat saya mendapati hal ini. Mungkin lagu-lagu dengan alunan lembut bisa membantu. Tapi sekian lama lagu-lagu itu diputar, tetap tidak kunjung berhasil. So how?

Pada akhirnya, saya lepaskan headset yang terpasang di kedua telinga saya dan mulai memejamkan mata. Mencoba mengosongkan pikiran. Barangkali banyaknya hal-hal yang ada di pikiranlah yang mengganggu usaha tidur kita, baik itu sengaja terpikir atau tidak.  Dan pada akhirnya, saya rasa dunia pikiran saya sudah tidak memikirkan apa-apa, tapi, mengapa tidak kunjung terlelap?

Lalu saya mencoba mengingat peristiwa-peristiwa lampau yang mengesankan. Seperti, bersama dengan teman-teman lama, atau hal-hal yang memalukan. Mata tetap terpejam, tetapi bibir menyudut. Ya, memang, hal ini menyenangkan, mengenang masa-masa yang terasa lucu dan ceria, tetapi kembali pada tujuan awal: mengapa tidak kunjung terlelap?

Baiklah, mungkin ini menyenangkan, tetapi secara realistis tidak baik. Ya, tidak perlu ragu lagi untuk menghentikan ingatan nostalgia itu. Lalu kembali kosong. Apa lagi yang harus dilakukan supaya bisa terlelap? Apa iya harus membuka buku sejarah dan membacanya hingga mengantuk, seperti kata seorang kawan?

Mungkin bisa, tanpa membuka buku, buat sejarah sendiri. Sejarah yang tidak nyata, sebuah kisah yang nantinya akan menjadi sejarah, namun tak seorangpun yang tahu kisah ini.

Dalam keadaan gelap, tidak tahu bagaimana bisa datang serabut-serabut benang yang terbentang tegang bagai jaring laba-laba. Seseorang, atau... sesuatu mendatangiku dengan posisi 'wajah'nya yang tak lebih dari sati senti di depan wajahku. Rambutnya ke sana kemari, ikal, tipis, dan berantakan. Mata ini tetap terpejam, tetapi serasa melihat semua dengan jelas. Dia seperti mengatakan sesuatu, tetapi tidak jelas apa. Apa? Tidak tahulah!

Lalu samar-samar sepercik cahaya menyilaukan mata. Samar-samar terlihat suatu tempat yang familiar dari kehidupan sebelumnya. Itu, kamarku. Sekali, dua kali berkedip, tampak makin jelas semuanya. Saya berhasil terlelap.