Sabtu, 01 Oktober 2011

Tanah Eiffel untuk Ze (bagian 2)

hey, der...
aku balik lagi nih! maaf ya, bagi kalian yang nunggu lanjutan cerpen Tanah Eiffel untuk Ze...
habis, kemarin itu aku sibuk total! ya ulangan lah, tugas lah, lomba lah, pokoknya banyak deh! malah pulang sore terus! so aku jadinya vacum dulu deh... (gayane..) :P
langsung aja deh, ini dia lanjutan cerpennya....


.....“Tunggu, apa yang aku lakukan sekarang? Hanya diam dan memikirkan kekesalan-kekesalanku? Itu tak berguna! Benar-benar tidak berguna! Ze, kau ini begitu lucu! Bukan ini yang harus ku lakukan!”. Ia menyadari kelakuannya dan tertawa kecil. “Jika mereka melecehkanku karena kulitku berwarna gelap, itu memang mungkin dan jika aku mencoba mengubah kulitku menjadi putih….pemikikrannya berhenti sejenak, “Ah…tidak mungkin! Mana mungkin aku mengikuti cara Michael Jackson seperti itu! Itu terlalu konyol!”pikirnya sambil tertawa. “Bukankah seharusnya malam ini aku belajar untuk membuktikan pada mereka bahwa aku bisa?! dan malam itu Ze pun serius belajar.
“Test untuk masuk kelas spesial akan diadakan tiga hari lagi, diharap para murid untuk lebih giat belajar sebagai persiapan test”  terdengar suara Mr.Algernon dari speaker kelas. “Baiklah anak-anak, hari ini kelas selesai, Kalian boleh berkemas-kemas.” kata Mrs.Liana mengakhiri pelajaran. Saat Ze akan pulang, tiba-tiba di depan kelas, ia dihadang oleh Zack dan teman-temannya yang bersiap-siap melemparinya dengan telur. Tiba-tiba ada seseorang berdiri di depannya berteriak, “Tidak, jangan lakukan itu!” kata seorang gadis dengan rambut pirang. Baru pertama kali ada seseorang yang berpihak kepada Ze dan membelanya seperti itu. “Susan sedang apa kau? Minggirlah!!!” kata Zack menyuruh gadis yang ternyata bernama Susan itu minggir. “Tidak, Zack, kumohon! Pergilah biar aku yang mengurusnya!” Zack pun akhirnya pergi. “Hebat sekali dia, bisa menyingkirkan Zack dengan mudahnya. Sepertinya Zack juga tak melawan gadis ini, siapa dia?” batin Ze penasaran.
Beberapa hari setelah kejadian tadi datang dengan cepat. Dan hari itu akan diadakan test masuk kelas spesial, Ze pun mengikutinya dia telah belajar keras sejak tiga hari yang lalu. “Bagi murid-murid yang akan mengikuti test masuk kelas spesial diharap segera ke ruang test!terdengar perintah Mr.Algernon dari speaker koridor. Ze segera masuk ke ruang test, ternyata suda ada banyak orang di sana. Ze mengambil tempat duduk di sebelah Susan, gadis yang menolongnya tempo hari. Memang agak canggung rasanya duduk di sebelah seseorang yang belum kenal dekat seperti Susan bagi Ze, namun, apa boleh buat, hanya di sanalah tempat duduk yang tersisa. Tak lama, bel berdering tanda test sudah dimulai. Semua peserta test juga sudah memulai mengeerjakan soal-soal yang mereka terima. Kelas begitu tenang dan damai. Hanya goresan pena yang terdengar dari ujung kelas ke ujung kelas.
Dua jam berlalu sangat cepat. Bel juga sudah berbunyi kembali untuk yang kedua kalinya, pertanda waktu mengerjakan soal test telah usai. Ketenangan dalam kelas pun juga telah usai. Ada yang senang dan melantunkan kata, “Hore..!!!” karena waktu dua jam yang menurut mereka membosankan telah berakhir. Ada yang mengeluh, karena mereka belum selesai mengerjakan soal-soal yang mereka hadapi. Dan ada yang hanya diam saja, tak berbicara sama sekali, termasuk Ze. “Kau terlihat begitu tenang!” kata seorang gadis di sebelah Ze. “Ah, yeah, karena aku yakin aku bisa!” jawab Ze kepada gadis di sebelahnya yang ternyata Susan. “Percaya diri sekali kau! Mungkin Einstein belum tentu bisa!” sahut Susan. “Yeah, kurasa begitu!” kata Ze singkat.
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ya, rencananya, hari itu akan diumumkan pengumuman siapa peraih 20 nilai tertinggi dalam test seleksi yang diadakan beberapa hari yang lalu yang akan masuk dalam kelas spesial. “Aku menduga, pasti Médeline lagi yang mendapat peringkat pertama!” celetuk seorang kepada temannya yang berjalan bersamaanya. “Yeah, aku juga menduganya. Dia-kan sudah menjadi murid terbaik lama sejak sebelum masuk ke universitas ini! Dia memang hebat!” tanggap teman yang diajak bicara tadi. Ze mendengar isu-isu yang beredar. Dia cukup takut jika ia tak diterima di kelas spesial, tetapi ia masih tenang karena masih ada 19 kursi yang bisa menampung dirinya, semoga saja. “Médeline, David, Caroline, Andrew, Pieter, Alia, Cassey, Antonio, Emma, Demetria, Joe, Kevin, Nick, Selly, Vannesa, Kelvin, ..., ..., ..., dan ...” mereka adalah 20 murid terpandai dari data negara yang paling baru, aku yakin kelas spesial akan dipenuhi mereka semua!” kata seorang guru kepada guru lain yang kebetulan lewat di depan Ze. Astaga, ternyata siapa 20 murid yang akan masuk me kelas spesial 99% sudah terpecahkan! Ze semakin gugup. Apa mungkin dia bisa mengalahkan 20 murid itu? Atau paling tidak mengalahkan 5 murid terbawah dari 20 murid yang disebutkan tadi? Itu sungguh tidak mungkin!
Pukul satu siang waktu Paris, beribu-ribu mahasiswa bergegas menuju papan pengumuman yang telah dipasang 20 murid yang beruntung yang berhasil mendapatkan kelas spesial. Tetapi tidak dengan Ze, dia sudah pupus harapan, niat dan semangatnya untuk menjadi yang terbaik tiba-tiba hilang hanya karena ia mendengar 20 nama murid terbaik dari mulut seorang guru tadi. Namun kini Ze merasa ada yang aneh. Semua memandangi Ze. Semua mahasiswa yang berasal dari arah pengumuman dipasang. “Apa lagi? Ada apa lagi mereka memandangiku seperti itu? Apa karena aku tidak melihat pengumuman itu? Mahasiswa-mahasiswa di sini benar-benar aneh!” batin Ze. “Nothing is Impossible, Ze! Aku bangga padamu!” tiba-tiba Ze dikagetkan dengan suara seorang gadis. “Susan, apa maksudmu?” tanya Ze heran. “Oh, kau belum tahu? Atau kau pura-pura tidak tahu?” tanya Susan. “Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu!” kata Ze meyakinkan Susan. “Astaga Ze, kau belum lihat pengumuman itu? Kau belum tahu bahwa kau masuk kelas spesial?” tanya Susan. “Apa kau yakin itu? Aku berhasil masuk kelas spesial? Aku benar-benar baru tahu sekarang!” kata Ze dengan nada gembira. Susan hanya tersenyum. Kemudian Ze bergegas melihat pengumuman tersebut dengan semangat. Badai mahasiswa yang membanjiri tempat pengumuman tadi telah usai, jadi Ze bisa dengan leluasa melihat pengumuman itu. Benar-benar bukan mimpi, betapa beruntungnya Ze bisa masuk kelas spesial. Dan dia mendapatkan nilai tertinggi di antara 20 murid yang ada. Peringkat satu! Bukan main senangnya dia. Menjadi peringkat 20 saja, dia sudah sangat bersyukur, tetapi ini lebih yang diharapkannya. Dan sejak detik itu juga, Ze mulai jadi buah bibir yang sering dibicarakan.
...To Be Continue...

aku lanjutin sampek sini dulu yah? masih ada lanjutannya sebenernya, tapi karena alasan di cerpen bagian pertama : "gue pengen bikin kalian penasaran" dan semoga aja bisa beneran! XD (readers : cerpen kok panjang banget! :P) wkwk... iya juga sih, di ms. word juga sampek 5 lembar tu cerpen, tapi bodo amatlah!
well... sekian, semoga mata kalian masih bisa melek setelah baca ini semua.. wkwkwk..
bye~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar