Kamis, 06 Oktober 2011

Tanah Eiffel untuk Ze (bagian 3)

i'm back!!!
aku pikir kalian bosen deh baca kata-kata yang intinya sama di awal tulisan! ya, kata 'i'm back' atau 'aku balik lagi!' atau etc. aku selalu nulis itu di awal tulisan, setelah judul. hahaha... tapi gak masalah, kan? (aku harap gak) ._.
well, sekarang aku lanjutin cerpen 'Tanah Eiffel untuk Ze' bagian 3. der, tau gak, ini dua episode terakhir lho! jadi cerpen 'Tanah Eiffel untuk Ze' bakal selesai di bagian 4. uwauwa..... pasti kalian lega dengernya! (sok tau ah!), hahaha... mungkin ini cerpen terpanjang kali ya? yaudahlah, daripada bertele-tele, langsung aja! ini dia.. cekidot :

.....“Apa? Ze kau bilang?” kata Zack terkejut. “Apa kau tidak salah? Itu sangat tidak mungkin!” lanjut Zack meragukan informasi dari Susan. “Iya, memang benar bahwa Ze masuk ke dalam kelas spesial dengan nilai terbaik.” Susan meyakinkan kembali. “Ah, aku masih tidak percaya!” tampak kekecewaan mewarnai wajah Zack. Sementara itu, di koridor sekolah tempat papan pengumuman berada terdapat daftar nama anak-anak yang masuk kelas spesial dan diantara kedua puluh nama itu di urutan pertama tertulis nama Ze. Ya, pasti itu yang menimbulkan raut kecewa Zack dan keheranan mahasiswa-mahasiswa Universitas de Paris, Sorbonne.“Ze? Bagaimana bisa?” kata itulah yang Ze dengar sepanjang minggu terakhir. Dan, keberuntungan bagi Ze, karena beberapa hari ia menjadi buah bibir maka mahasiswa-mahasiswa yang sering mengganggunya berhenti sementara, begitu juga dengan Zack dan geng-nya.
“Aku heran, mengapa Ze bisa mendapatkan nilai tertinggi dan masuk ke kelas spesial!” kata Zack di depan teman-temannya. “Apa kau iri dengannya?” tanya seorang temannya. “Kelvin, yang benar saja! Aku hanya curiga bahwa anak itu curang!” bantah Zack. “Curang? Maksudmu dia mencontek saat ujian?” tanya teman lainnya. “Yah, begitulah Chandler.” Zack membenarkan. “Hahaha….” Serentak teman-teman yang ada di depannya tertawa. “Apa yang salah?” tanya Zack. “Itu benar-benar tidak masuk akal, Zack! Aku yakin kau iri pada anak aborigin itu, kau hamya mencari-cari alasan!” kata Kelvin sedikit mengolok-olok Zack. “HEY!!!” bentak Zack tiba-tiba. Bentakkan Zack membuat tawa teman-temannya berhenti. “Zack, sudahlah, ini tidak penting, tak perlu dipikirkan sampai seserius itu!” kata Chandler. “Yah, terserah kalian mau bilang apa, tapi aku benar-benar penasaran bagaimana bisa anak itu mendapatkan tempat duduk di kelas spesial.” Zack menyatakan rasa penasarannya. “Hahaha… kau ini memang aneh, Zack! Mengapa tidak bilang saja bahwa kau sebenarnya iri dengan Ze?” kata Mortimer. “SUDAH AKU BILANG, TIDAK!!! terserah kalian mau ikut atau tidak denganku!” kata Zack dengan nada jengkel. “Ikut? Ikut apa?” tanya Pierre. “Aku ingin menyelidiki anak itu.” jawab Zack. “Hahaha… semakin lucu saja kelakuanmu itu!” tanggap Pierre tertawa. Zack hanya diam. “Baiklah, sudah kubilang terserah kalian ingin ikut atau tidak, aku bisa bertindak sendiri!” kata Zack sambil berjalan meninggalkan teman-temannya. “Tunggu, Zack! Aku ikut denganmu!” teriak seorang teman sebelum Zack melangkah jauh. “Vernon kau gila?!” kata seorang teman kepada Vernon. “Mungkin, sedikit. Tapi, mengapa tidak? Toh, akhir-akhir ini, kita juga kurang kerjaan karena Ze sudah tidak menjadi objek kita lagi.” jelas Vernon. “Yah, benar juga. Kalau begitu, aku juga ikut denganmu!” kata Kelvin. Teman-temannya yang lain terlihat sedang mempertimbangkan hal tersebut. Dan akhirnya, satu demi satu semua mahasiswa yang ada di situ setuju atas ide Zack.
Dan penyelidikan dimulai. Hari pertama mereka mengikuti Ze dari gerbang sekolah, tetapi ketika melewati gedung Fakultas Ekonomi, mereka kehilangan Ze. Hari kedua, mereka mencoba mengikuti Ze lagi, tetapi tidak menemukan apapun yang mencurigakan. Hari-hari berikutnya mereka terus mengikuti tetapi tetap tidak terbukti bahwa Ze berlaku curang. Zack dan teman-temannya masih tetap tidak yakin bahwa Ze benar-benar tidak berbuat curang pada saat test kelas spesial, jadi mereka tetap menyelidiki tingkah Ze setiap detik.
Ketika ujian semester, Zack dan teman-temannya mengambil tempat duduk tepat di belakang Ze. Selama ujian, mereka terus memperhatikan Ze. Dan sulit dipercaya bahwa Ze sebenarnya tidak berbuat curang. Mereka sangat frustasi, terutama Zack. Sungguh bukan Zack namanya jika prasangkanya tidak terbukti benar. Ya, dia benar-benar malu.
Malam itu Zack sedang merenung, dia menyadari bahwa Ze berhasil masuk kelas spesial atas usahanya sendiri, Zack merasa bersalah, selama ini ia pikir anak-anak timur itu tidak sepintar anak-anak barat. Bahkan Zack sendiri belum bisa lulus ujian masuk kelas spesial. Ia merasa bahwa selama ini ia telah begitu sombong dan selalu meremehkan Ze. Akhirnya ia pun sadar dan sangat menyesal ia ingin berteman dengan Ze. Tapi, bagaimana caranya Zack mengakui kesalahannya pada Ze? Pasti dia langsung menjadi bahan tertawaan jika ia terus terang mengaku salah pada Ze. Hati Zack bimbang pada malam itu.
Keesokan harinya, Zack terlihat tidak bersemangat. “Ada apa dengannmu, Zack?” tanya seorang temannya. “Aku hanya sedang tidak bersemangat hari ini.” jawab Zack jujur. “Bahkan untuk menyelidiki Ze sekalipun?” tanya temannya lagi. “Aku pikir begitu.” jawab Zack lesu. Akhirnya hari itu penyelidikan terhadap Ze dihentikan sementara. Ternyata tak hanya teman-teman terdekatnya saja yang merasa ada hal yang aneh pada diri Zack, sebagian besar teman-temannya juga berpikir seperti itu, Susan salah satunya.
“Hey, Zack!” sapa Susan ketika melihat Zack sendiri. “Oh, kau rupanya. Ada apa?” tanya Zack tidak bersemangat. “Tidak, aku hanya ingin bertanya, ada apa denganmu hari ini? Kau terlihat tak bersemangat seperti biasanya!” kata Susan. “Memang.” jawab Zack singkat. Susan hanya merengut sebal. “Orang aneh!” tanggap Susan dan meninggalkan Zack. “Susan, tunggu!” kata Zack sedikit berteriak. “Ada apa?” tanya Susan dengan nada sebal. “Kau... gadis yang berani!” kata Zack. “Apa maksudmu?” tanya Susan tidak mengerti perkataan Zack. “Ya, kau juga baik. Kau satu-satunya orang yang berani berteman dengan Ze, tidak takut menjadi bahan ejekkan juga seperti dia.” kata-kata Zack sedikit rumit. Susan sedikit mengerti apa maksud Zack. “Apa ini artinya kau juga ingin berteman dengan Ze? Apa artinya kau akan menghentikan “penghinaan” pada Ze?” tanya Susan memastikan dugaannya. “Aku rasa... kau benar.” jawab Zack. “Tuhan, apa aku bermimpi? Zack, cubit aku!” kata Susan pada Zack. “Bodoh, kau tidak bermimpi!” kata Zack. Keduanya tertawa. “Jadi, ini yang membuatmu murung? Kau tidak tahu bagaimana kau ingin meminta maaf pada Ze?” tanya Susan. “Yeah, maka dari itu, beritahu aku!” perintah Zack. “Apa kau merasa gengsi untuk melakukannya?” tanya Susan. “Yeah, kau benar.” jawab Zack. “Astaga, mengapa kau  harus merasa seperti itu? Meminta maaf adalah perbuatan laki-laki sejati!” kata Susan. “Kau mudah bicara seperti itu!” kata Zack.

~apakah Zack akan meminta maad kepada Ze? apakah harapan Susan bisa tercapai? tapi, bagaimana jika Ze tidak memaafkan Zack?~ tunggu kisah selanjutnya hanya di MMB (manikmanikbeads) 
wkwkwk... lebay ya! ^O^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar